Senin, 16 Desember 2013

bahaya ir kemasan



Banyak orang menganggap air minum kemasan botol bebas bakteri penyakit. Lantaran melalui proses pengolahan, air kemasan dipercaya lebih sehat ketimbang air keran.

Studi Ccrest Laboratories Kanada menemukan, air minum kemasan botol mengandung bakteri, 100 kali lebih banyak, daripada batas yang diperbolehkan. Sebanyak 70 persen air kemasan botol merek populer di Kanada mengandung kadar bakteri lebih tinggi daripada air keran.

Pakar mikrobiologi Dr Sonish Azam dari Ccrest Laboratorium, yang memimpin studi, mengatakan, klaim produsen air kemasan tentang kemurnian air tidak benar. "Jumlah bakteri heterotrofik dalam botol memiliki angka yang jauh melampaui batas yang dizinkan."

Dr Azam mengatakan, kontrol yang lebih ketat perlu dikenakan pada produsen air kemasan. "Botol air minum kemasan memang tidak akan bebas dari mikroorganisme. Tetapi tingkat yang diamati dalam studi sangat mengejutkan," katanya.

Tingginya bakteri dalam air kemasan, menurut Azam, berisiko bagi populasi yang rentan, seperti bayi, anak-anak, ibu hamil dan sistem kekebalan orang lanjut usia. Di Kanada, kualitas air keran lebih memenuhi syarat kesehatan, dibandingkan air kemasan.

Ahli Gizi Dr Chris Fenn mengatakan, air kemasan tidak diperlukan dengan tersedianya sistem air minum yang cukup baik di sebuah negara. "Kualitas air keran yang baik membuat tidak ada masalah seperti yang ditemukan dalam air kemasan," katanya seperti dimuat laman Telegraph.
Di sejumlah negara maju, pemerintah memang menyediakan sistem air keran siap minum. Air yang mengucur lewat keran di rumah bisa langsung dikonsumsi tanpa dimasak. Sedangkan di Indonesia air keran belum memenuhi standar siap minum.

Permasalahan yang sering muncul di negara kita adalah buruknya kualitas air minum isi ulang. Beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menemukan ratusan depo yang menjual air minum isi ulang mengandung bakteri E-Coli.
                                                                                            
3 Bahaya Mengintai Dibalik Air Mineral Kemasan
Semua orang tahu bahwa kebiasaan meminum air mineral sebanyak 8 gelas per hari, baik untuk tubuh. Namun jika meminum air dari kemasan botol, justru bisa membahayakan, Seperti yang dikutip dari fitbie. Mengapa?
1. Buat Bibir Cepat Keriput
Dikutip dari Lookbeauty, saat meneguk air dari botol, bibir secara spontan akan mengerut untuk menyesuaikan dengan lebar lubang botol. Gerakan mengerut inilah yang bisa menyebabkan timbulnya garis-garis dan kerutan pada bibir. Jika terus menerus dibiasakan minum air dari botol, lipatan-lipatan akan terbentuk pada bibir secara permanen yang tampak seperti kerutan.

Ahli Dermatologi Dr. Marilyn Berzin, menjelaskan, efek bibir berkerut karena minum dari botol bisa sama buruknya dengan merokok. Marilyn juga mengatakan, kerutan di bibir akan permanen jika kebiasaan itu sering dilakukan selama lebih kurang dua tahun.

2. Bisa Memicu Obesitas
Zat kimia yang digunakan dalam membuat kemasan plastik, seringkali dikaitkan dengan risiko kanker dan bahkan diberi label zat beracun. Zat itu adalah bisphenol A (BPA), bahan kimia yang umum digunakan untuk membuat botol plastik. BPA merupakan endocrine disruptor yang dapat mempengaruhi aktivitas hormon normal di dalam tubuh.

Sebuah laporan yang diterbitkan pekan lalu menunjukkan bahwa BPA bisa 'menipu' tubuh untuk meningkatkan lebih banyak lemak. Selain itu, BPA juga dapat membuat bertambahnya produksi insulin (cara tubuh mengatur lemak dan karbohidrat). Jika terlalu banyak insulin, tubuh menjadi 'kebal' terhadap dampaknya, yaitu kenaikan berat badan dan diabetes tipe 2.

3. Mulut Galon Air Mengandung Bakteri
"Tisu yang diberikan ketika membeli air galon mengandung alkohol yang bisa digunakan untuk membunuh bakteri. Yang sebaiknya dilap itu mulutnya karena bagian itu yang masuk ke dalam dispenser dan bukan bagian badannya yang diberikan alkohol.

Bahaya di Balik Harga Murah Air Isi Ulang Kemasan Galon

Meningkatnya jumlah kebutuhan akan air bersih rupanya ditangkap oleh pelaku bisnis untuk menyediakan air kemasan galon dengan berbagai harga berkisar antara Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 15.000,-. Mahalnya harga air kemasan galon membuat sejumlah pihak memanfaatkan keadaan tersebut sebagai peluang bisnis air isi ulang dengan harga relatif terjangkau, sekitar Rp.3000,-. Bahkan di sekitar tempat kos mahasiswa di daerah ringroad utara Yogyakarta ada agen air isi ulang yang mematok harga hanya Rp.2000,- saja.
Hal ini mungkin menguntungkan bagi kelas menengah ke bawah karena lebih ekonomis dibandingkan dengan membeli air galon. Namun ini justru membuat miris karena Institut Pertanian Bogor (IPB) serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Departemen Kesehatan telah mempublikasikan hasil penelitian mereka terhadap depot-depot air minum isi ulang yang hasilnya, air minum isi ulang diketahui tercemar bakteri patogen seperti coliform, bahkan ada yang terkontaminasi logam berat kadmium. Belum lagi proses pencucian galon bekas sebelum diisi kembali diyakini juga menyumbangkan paling tidak 5% dari total bakteri yang terkandung dalam air isi ulang yang siap minum.
Mutu dari air minum isi ulang itu pun diyakini hanya mampu bertahan 1X24 jam sejak air tersebut keluar dari tabung steril agen air minum isi ulang. Setelah lebih dari 24jam, lebih baik jangan dikonsumsi karena kualitasnya sangat di ragukan.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
1. Pemerintah.

Pemerintah harus membuat peraturan tentang pengelolaan usaha air minum isi ulang agar kualitas air tersebut memenuhi. Kalau perlu berikan batasan-batasan apa yang harus dilakukan pelaku usaha air minum isi ulang, seperti penggantian alat-alat yang dipakai usaha secara periodik, sterilisasi galon bekas dengan larutan tertentu, dll. Atau bisa juga menerapkan sistem sertifikasi untuk para pelaku usaha air minum isi ulang agar yang bisa menjual hanya mereka yang telah memiliki sertifikat yang menunjukkan kualitas dari air minum tersebut.
2. Pelaku usaha air minum isi ulang.

Memang susah-susah gampang mengajak para pelaku bisnis berbuat disiplin, jujur, dan senantiasa mementingkan kepentingan konsumen. Namun nggak menutup kemungkinan dengan mendisiplinkan para pelaku usaha air minum isi ulang, akan dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi air minum isi ulang.
3. Konsumen.

Sebagai konsumen, kita harus pintar-pintar memilih apa yang akan kita konsumsi berdasarkan kualitas dan besar kantong. Untuk masalah air minum isi ulang, nggak masalah membeli air minum isi ulang, tapi membelilah dengan bijak. Artinya, jangan membeli terlalu banyak. Misal cukup beli satu galon daripada beli dua galon tapi galon yang satu hanya untuk disimpan. Selain itu, jika telah lebih dari 24 jam sebaiknya rebus dulu sebelum mengkonsumsinya.

Hati-hati! 40% Air Isi Ulang di Jabotabek Tak Layak Minum

Liputan6.com, Bekasi : Wakil Menteri perdagangan Bayu Krisnamuthi menyebutkan sekitar 40% depo pengisian ulang air minum di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) tidak memenuhi syarat yang ditentukan.
Hal itu berdasarkan hasil pengujian air minum yang dilakukan Kementerian Perdagangan. Dalam pengujian tersebut, ada 80 sampel dari 80 lokasi dan menghasilkan 40% air dari depo yang diuji tersebut tidak memenuhi syarat.

Secara rinci, hasil pengujian menunjukkan air yang berasal dari depo pengisian di wilayah Bekasi 50% tidak memenuhi syarat, Tanggerang 30%, Bogor 30% dan Jakarta 50%.

"Salah satunya minuman isi ulang kita lakukan pengujian Bogor, Tanggerang, Bekasi dan Jakarta 80 sampel 80 lokasi 40% tidak memenuihi persyaratan uji biologi, karena ada bakteri E. coli," ungkap Bayu dalam kunjungannya ke depo pengisian ulang air minum di Pondok Hijau, Bekasi, Kamis (25/7/2013).

Untuk memperbaiki kualitas tersebut, lanjut dia, perlu kerja sama dengan instasi terkait seperti Dinas Kesehatan untuk mengawasi mutu air minum yang berasal dari depo.

"Sebab itu kita kordinasi dengan dinas kesehatan setempat melakukan pembinaan dan pengawasan, dari sudut kepentingan konsumen," pungkasnya. (Pew/Ndw)

Bahaya di Balik Air Minum!

Konsentrasi 0,1 gram alumunium per satu liter air minum akan menjadi faktor risiko munculnya kepikunan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar