Kamis, 28 November 2013

STATUS, PERANAN, DAN HUBUNGAN INDIVIDU DALAM INTERAKSI SOSIAL



Status atau Kedudukan sosial
       Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya

Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat dikenal tiga macam status, yaitu :
1.      Ascribed Status  adalah status yang diperoleh seseorang tanpa usaha tertentu. Status  sosial demikian biasanya diperoleh karena warisan, keturunan,   Atau kelahiran. Contohnya seorang anak yang lahir dari lingkungan bangsawan, tanpa harus berusaha, ia sudah dengan sendirinya memiliki status sebagai bangsawa

2.      Achieved Status diperoleh karena suatu prestasi tertentu. Atau dengan kata lain status ini diperoleh seseorang dengan melakukan usaha-usaha yang disengaja untuk mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya setiap orang dapat menjadi dokter setelah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, seperti lulus sebagai sarjana kedokteran.

3.      Assigned status adalah status yang dimiliki seseorang karena jasa-jasanya terhadap pihak lain. Karena jasanya tersebut, orang diberi status khusus oleh lembaga, badan, atau kelompok tertentu. Misalnya gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, peraih kalpataru, dan lainnya.

Dalam lingkungan masyarakat sosial, seseorang dapat memiliki status lebih dari satu atau bisa dikatakan rangkap. Misalnya seorang RT yang menjabat di desanya juga sekaligus sebagai kepala rumah tangga di keluarganya.Karena banyaknya status yang mungkin dimiliki oleh seseorang ,bisa jadi akan menyebabkan suatu konflik sosial atau status conflict yang disebabkan  status yang dimiliki seseorang mengalami pertentangan.

Peranan sosial
Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.Peranan menjadi penting artinya karena berfungsi sebagai pengatur perilaku seseorang dalam lingkungan masyarakat.

Hubungan Individu dalam Interaksi Sosial
seseorang individu dikatakan memiliki arti ketika ia selalu mengadakan kontak dengan orang lain sehingga tercipta interaksi yang dinamis. 
Semakin seseorang bergaul dengan orang lain maka ia memiliki hubungan yangbaik dan sebaliknya, semakin sedikit seseorang bergaul maka ia tidak memiliki perrgaulan yang baik.
Adapun orang yang tidak pernah mau bergaul atau melakukan kontak dengan orang lain maka ia akan terasing dari pergaulan atau terisolir.
Bisa dikatakan sering tidaknya seseorang melakukan kontak atau bergaul dengan orang lain disebut frekuensi dalam bergaul.

Bentuk-bentuk struktur sosial dalam masyarakat
1.      Diferensiasi Sosial
Deferensiasi sosial adalah pembedaan masyarakat kedalam kelompok-kelompok tertentu secara horizontal. Pembedaan masyarakat tersebut didasarkan pada perbedaan ras, etnis/suku bangsa, klan, agama, pekerjaan, dan jenis kelamin. Semua unsur tersebut pada dasarnya memiliki derajat dan kedudukan yang sama. Bentuk-bentuk diferensiasi sosial antara lain:
a.   Diferensiasi berdasarkan ras
Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun meiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang sama. Ras adalah pengertian biologis dan bukan pengertian sosio kultural. Artinya, apabila kita menyebut suatu kelompok ras, maka yang kita kemukakan adalah ciri-ciri fisik, bukan sifat mental atau sifat kebudayaan. Ilmu yang mempelajari ras-ras manusia dinamakan Somatologi.
Menurut Andre Ketzsus, berbagai ciri fisik dapat dikemukakan sebagai berikut:
1)       Bentuk kepala
2)       Bentuk badan
3)       Bentuk hidung
4)       Bentuk rambut
5)       Warna kulit
6)       Warna Mata, meliputi warna hitam, biru dan coklat serta abu-abu.

A.L. Kroeber membuat klasifikasi ras di dunia sebagai berikut:
Ø  Austroloid / Negroid : terdiri dari orang-orang kulit hitam dengan rambut keriting, penduduk asli Australia (Aborigin)
Ø  Mongoloid : terdiri dari orang-orang kulit kuning, yang meliputi Mongoloid asia, Malaya (termasuk Indonesia) dan Amerika atau Indian
Ø  Kaukasoid : terdiri dari orang-orang kulit putih, meliputi Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah
b.      Diferensiasi Sosial berdasarkan agama
            Suatu bentuk pengelompokkan masyarakat berdasarkan perbedaan agama yang dianut oleh seseorang. Berdasarkan agama yang dipeluk oleh seseorang atau kelompok, maka manusia dapat dibedakan atas golongan-golongan agama. Misalnya kelompok masyarakat penganut agama Islam dinamakan golongan Islam. Begitu pula dengan golongan Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

c.       Diferensiasi Sosial berdasarkan Klen
            Klen adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdapat dalam masyarakat dengan menarik garis keturunan secara unilateral, yaitu melalui garis dari pihak ibu (matrilineal) saja, atau dari pihak bapak (patrilineal) saja.
            Dalam keterkaitan dengan perkawinan, klen bersifat eksogami, artinya anggota-anggota dari satu klen tidak boleh kawin-mengawini di dalam klen itu sendiri. Jadi, harus mencari jodoh ke klen lain.

d.      Diferensiasi sosial berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori sosial yang diperoleh manusia sejak lahir. Para Sosiolog berkeyakinan bahwa secara biologis pria tidak lebih tinggi daripada wanita dalam merebut kesempatan yang berhubungan dengan ekonomi, hak istimewa, dan prestise.

e.       Diferensiasi sosial berdasarkan profesi
Profesi akan terbentuk kalau berbagai kelompok hanya mengerjakan satu tugas tertentu Di masyarakat dapat dijumpai berbagai macam profesi seperti petani, nelayan, peternak, tukang, dokter dan sebagainya.

2.      Stratifikasi Sosial
Lapisan sosial dalam sosiologi dikenal dengan istilah “stratifikasi sosial”. Kata ‘stratifikasi sosial’ berasal dari kata stratum (lapisan) dan socius (masyarakat).
Pengertian Menurut Para Ahli :
          Pitirim A. Sorokin
adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
          Drs. Robert M.Z. Lawang 
adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
          Max Weber
adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

Dasar - dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
1.      Ukuran kekayaan
            Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial. Demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Dilihat dari bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja, serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama.
2.      Ukuran kekuasaan dan wewenang
            Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3.      Ukuran kehormatan
            Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
4.      Ukuran ilmu pengetahuan
            Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.
            Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. 
            Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

1 komentar:

  1. Secara rincinya, hubungan status dan peran sosial dengan hubungan individu dalam interaksi sosial itu bagaimana ? Tolong sertakan contoh. Sekian dan terima kasih -Frengky-

    BalasHapus