Soetopo
(1999) mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi
empat, yaitu:
1.
Konflik tujuan
Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang kontradiktif.
Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang kontradiktif.
2.
Konflik peranan
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang
sama.
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang
sama.
3.
Konflik nilai
Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dalam organisasi tidak sama, sehingga konflik
dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi.
Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dalam organisasi tidak sama, sehingga konflik
dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi.
4.
Konflik kebijakan
Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap perbedaan kebijakan yang dikemuka- kan oleh satu pihak dan kebijakan lainnya.
Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap perbedaan kebijakan yang dikemuka- kan oleh satu pihak dan kebijakan lainnya.
Dipandang
dari akibat maupun cara penyelesaiannya, Furman & McQuaid (dalam Farida,
1996) membedakan konflik dalam dua tipe, yaitu konflik destruktif dan
konstruktif.
Mulyasa (2003) membagi konflik
berdasarkan tingkatannya menjadi enam yaitu:
1.
konflik intrapersonal
2.
konflik interpersonal
3.
konflik intragroup
4.
konflik intergroup
5.
konflik intraorganisasi
6.
dan konflik interorganisasi.
Menurut
Kusnadi:
1. konflik
menurut hubungannya dengan tujuan organisasi
·
Konflik fungsional: konflik yang
mendukung tercapainya tujuan organisasi dan seringkali bersifat konstruktif
·
Konflik disfungsional: konflik
yang menghambat tercapainya tujuan organisasi dan bersifat destruktif.
2.
konflik menurut
hubungannya dengan posisi pelaku yang berkonflik
·
Konflik vertical: konflik antar
tingkatan kelas atau antar tingkatan kelompok. Contoh: konflik ekonomi tinggi
dengan ekonomi lemah
·
Konflik horizontal: konflik yang
terjadi di antara individu atau kelompok yang sekelas atau sederajat. Contoh:
konflik antar organisasi masa satu dengan yang lainnya
·
Konflik
diagonal: konflik yang terjadi karena ketidakadilan alokasi sumber daya ke
seluruh organisasi yang menimbulkan pertentangan secara ekstrim dari bagian
yang membutuhkan sumber daya tersebut
3.
konflik menurut
hubungannya dengan struktur
·
Konflik hierarki: konflik dari
berbagai tingkatan (posisi) yang ada dalam organisasi. Contoh konflik antara
kepala sekolah dengan guru
·
Konflik lini staf: konflik antara
lini dan staf yang ada dalam organisasi.
·
Konflik formal
informal: konflik yang terjadi di setiap organisasi
4.
konflik menurut
hubungannya dengan sifat dari pelaku yang berkonflik
·
konflik terbuka: konflik yang diketahui oleh
semua pihak yang ada di dalam organisasi (yang diketahui oleh seluruh
masyarakat/Negara)konflik tertutup: konflik yang hanya diketahui oleh pihak
yang terlibat saja sehingga pihak diluar tidak mengetahui jika terjadi konflik.
5.
konflik menurut
hubungannya dengan waktu
·
konflik sesaat: (konflik spontan)
terjadi hanya sesaat atau sementara
·
konflik
berkelanjutan: berlangsung lama dan sangat sulit untuk diselesaikan,
penyelesaian konflik tersebut melalui berbagai tahapan yang sangat rumit.
6.
konflik menurut
hubungannya dengan pengendalian konflik
·
konflik terkendali: suatu konflik
dimana pihak yang terlibat dalam konflik dapat dengan mudah mengendalikan
konflik sehingga konflik selesai atau tidak meluas
·
konflik tidak
terkendali: konflik dimana pihak yang terlibat tidak dapat dengan mudah
mengendalikan konflik sehingga konflik tidak selesai atau bahkan meluas
7.
konflik menurut
hubungannya dengan sistematika konflik
·
konflik nonsistematis: konflik
yang bersifat acak, terjadi secara spontanitas
·
konflik sistematis: terjadinya
konflik direncanakan, deprogram secara sistematis, ada yang mengomando serta
mencapai tujuan gtertentu yang ditargetkan
8.
konflik menurut
hubungannya dengan tujuan
·
konflik pendekatan-pendekatan:
pihak yang berkonflik masih berkinarja kea rah tujuan yang sama, perbedaannya
hanya terletak pada segi teknisnya
·
konflik pendekatan-penghindaran: terjadi
dari dua pihak yang berkonflik atau lebih yang sering berseberangan di dalam
mencapai tujuan. Ini terjadi karena adanya perbedaan yang tajam.
·
Konflik penghindaran-penghindaran: pihak yang
berkonflik sama-sama bukan untuk mencapai tujuan organisasi. Mengarah pada
bubarnya suatu organisasi.
9.
konflik menurut
hubungannya dengan konsentrasi aktivitas manusia di dalam masyarakat
·
Konflik ekonomi: disebabkan
adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik
·
Konflik polotik: dipicu adanya
kepentingan politik dari pihak yang berkonflik
·
Konflik budaya: disebabkan adanya
perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik
·
Konflik pertahanan: dipicu adanya
perebutan hegemoni dari pihak yang berkonflik
·
Konflik antarumat beragama:
dipicu adanya sentiment agama
10.
konflik menurut
hubungannya dengan pelaku
·
Konflik di dalam diri sendiri:
adanya pertentangan di dalam diri seseorang sebagai akibat dari perbedaan atau
kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk melakukan keinginnya itu
·
Konflik antarpribadi: terjadi apabila dua
orang individu tidak setuju atas suatu permasalahan, rencana kerja atau tujuan
kerja.
·
Konflik dalam
kelompok: terjadi ketika suatu keputusan kelompok tidak sejalan dengan
keinginan satu atau dua individu di dalam kelompok tersebut.
·
Konflik antar kelompok: terjadi
antara kelompok-kelompok yang ada dalam organisasi
·
Konflik didalam organisasi:
apabila situasi konflik telah mengarahke dalam seluruh fungsi di dalam
organisasi
·
Konflik antarorganisasi: terjadi
di antara organisasi-organisasi yang memiliki keterlibatan sangat erat dalam
menjalankan suatu bisnis.
11. Berdasarkan sifatnya
·
Konflik destruktif merupakan konflik
yang muncul karena adanya perasaantidak senang,rasa benci dan dendam dari
seseorang ataupun kelompokterhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi
bentrokan-bentrokan fisik yangmengakibatkan hilangnya nyawa dan harta dendam.
Contohnya, konflikambon, poso, kupang, dan sambas.
·
Konflik konstruktif merupakan
konflik yang bersifat fungsional, konflik inimuncul karena adanya perbedaan
pendapat dari kelompok-kelompokdalam menghadapi suatu permasalahan.konflik ini
akan menghasilkansuatu konsensus dari perbedaan pendapat tersebut dan
menghasilkansuatu perbaikan. Misalnya, perbedaan pendapat dalam sebuah
organisasi
·
Berdasarkan jenisnya konflik dibagi
atas dua yaitu:
- Individual Conflict
Individual
conflict adalah suatu jenis konflik yang hanya melibatkan dua pihak secara
langsung baik itu individu (manusia) maupun Negara.
Contoh
Individual Conflict: Konflik antara saudara kandung
2.
Collective
Conflict
Collective
Conflict adalah suatu jenis konflik dimana pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya bersifat kolektif dalam artian pihak yang terlibat dalam konflik
jumlah pelakunya lebih dari satu menghadapi pihak lain yang bersifat kolektif
pula.
Contoh
Collective Conflict: Kasus PT Nike Indonesia (Konflik antara kaum buruh dengan
kaum pemilik modal)
·
Berdasarkan Sifatnya, konflik dibagi
atas tiga yaitu:
- Specific Conflict
Specific
conflict adalah sebuah konflik yang bersumber dari masalah-masalah yang
sifatnya spesifik (khas) misalanya dalam konteks idiologi, warisan berupa
budaya, kepercayaan, tradisi serta wilayah.
Contoh
Specific conflict: Konflik Etnis di Sampit (Kalimantan Tengah)
2.
General
Conflict
General
Conflict adalah suatu konflik dimana sifat konflik tersebut memiliki nilai
kesamaan yang bersifat umum dalam arti kata meskipun konflik itu pada awalnya
hanya melibatkan dua pihak secara langsung akan tetapi akibat adanya kesamaan
(keterkaitan) maka mengakibatkan keterlibatan pihak lain. Misalnya masalah
agama, Etnis, HAM, Lingkungan hidup, dan Ancaman Nuklir.
Contoh
General Conflict: Kasus Film Fitna
3.
Inter-Connected
Conflict
Inter-connected
conflict adalah suatu konflik yang saling kait-mengkait dimana meskipun pada
awalnya konflik itu diakibatkan hanya karena satu persoalan, akan tetapi
setelah kejadian merembes ke persoalan lainnya baik dari segi substansi maupun
aktornya.
Contoh
Inter-connected conflict: Invasi Uni Soviet di Afghanistan (1979-1989)
·
Berdasarkan bentuknya, konflik
dibagi atas tiga yaitu:
- Pseudo Conflict
Pseudo
Conflict atau konflik tersembunyi (konflik batin) adalah sebuah bentuk konflik
yang masih tersembunyi namun menuntuk kewaspadaan atau antisipasi kalau-kalau
muncul ke permukaan.
Contoh
Pseudo Conflict: Konflik Batin
2.
Silent
Conflict
Silent
Conflict atau konflik semu adalah suatu bentuk konflik yang belum dinyatakan
dan masih bersifat koar-koar (adu mulut) atau istilah familiarnya Perang
Dingin.
Contoh
Silent Conflict: Perang Dingin antara Rusia dengan Negara-negara Barat (AS dan
NATO)
3.
Actual
Conflict
Actual
Conflict adalah konflik yang nyata terjadi antara satu pihak dengan pihak lain
dengan menggunakan kekuatan fisik maupun senjata api dan senjata tajam.
Contoh
Actual Conflict: Invasi Militer Amerika serikat ke Irak
dampak positif konflik menurut
A.J.Du Brin sbb;
a)
Dpt menimbulkan perubahan secara
konstruktif.
b)
Segala daya dan motivasi tertuju pd
pencapaian tujuan.
c)
Merangsang inovasi,meningkatkan
keeratan kelompok.
d)
Menggantikantujuan yg tdk relevan.
e)
Manajemen konflik menguntungkan
organisasi.
f)
Hubungan antar pribadi dan antar
kelompok mendorong kearah peningkatan kesehatan organisasi.
g)
Konflik dpt mengurangi ketegangan
dlm bekerja
dampak negatif Menurut R.J.Edelman sbb;
a)
Terjadinya gangguan psikologis.
b)
Gangguan fisik.
c)
Gangguan tingkah laku.
d)
Timbulnya stres krn menghadapi
lingkungan konflik.
Dampak
positif dan negative konflik dalam bidang produktivitas
Dampak Positif Konflik Menurut Wijono (1993
1.
Meningkatnya ketertiban dan
kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada
karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada
waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara
efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
2.
Meningkatnya hubungan kerjasama yang
produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan analisis pekerjaan masing-masing.
3.
Meningkatnya motivasi kerja untuk
melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam
organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung
jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
4.
Semakin berkurangnya tekanan-tekanan,
intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin
meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman,
kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa
mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai
dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan
(training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan
produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.
Dampak Negatif Konflik menurut wijono
a)
Meningkatkan jumlah absensi karyawan
dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti
misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan
mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat,
pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
b)
Banyak karyawan yang mengeluh karena
sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi
tugas dan tanggung jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
c)
Banyak karyawan yang sakit-sakitan,
sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang
aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil
pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit
tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
d)
Seringnya karyawan melakukan
mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan, misalnya
mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin
atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat
intrik-intrik yang merugikan orang lain.
e)
Meningkatnya kecenderungan karyawan
yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over. Kondisi semacam ini bisa
menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena
produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk
kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost
benefit.
DAMPAK
KONFLIK
a. Dampak
secara langsung
1.
menimbulkan keretakan hubungan
antara individu atau kelompok dan individu atau kelompok lainnya
2.
adanya perubahan kepribadian
seseorang (munculnya rasa benci, curiga, dan dapat berubah jadi kekerasan
3.
hancurnya harta benda dan korban
jiwa jika konflik tersebut berubah menjadi kekerasan
4.
kemiskinan bertambah akibat tidak
kondusifnya keamanan
5.
lumpuhnya roda perekonomian jika
suatu konflik berlanjut menjadi tindakan kekerasan
6.
pendidikan formal dan informal
terhambat karena rusaknya sarana dan prasarana pendidikan
b. Dampak
tidak langsung
1.
meningkatnya solidaritas sesame
anggota kelompok (in Group solidarity)
2.
munculnya pribadi-pribadi yang
kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik
3.
membantu menghidupkan kembali
norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
4.
munculnya
kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan seimbang
Manfaat konflik menurut lewis a
coser adalah
1.
Dapat menumbuhkan solidaritas
kelompok
2.
Dapat mendorong tergentuknya lembag
keamanan
3.
Dapat menjadikan masyarakat lebih
dinamis
STRATEGI
MENGHADAPI KONFLIK
A. Cara
produktif :
1.
Withdrawal, yaitu menunggu sambil
berusaha memahami situasi, setelah kira-kira mampu dan yakin dapat berhasil,
baru melangkah untuk mengatasinya. (Withdrawal
berarti penarikan)
2.
Assertif, yaitu berusaha
mengatasi secara tegas dan dengan cara yang baik, serta berusaha membina
hubungan yang baik dengan pihak lain ditandai dengan adanya kemauan baik untuk
saling mengerti dan memahami alasan, pertimbangan, dan kepentingan pihak lain. (Assertive berarti tegas)
3. Adjusting,
yaitu berusaha menyesuaikan diri dengan pihak lain. (Adjusting berarti menyesuaikan)
B.
Cara tidak
produktif:
1.
Avoidance, yaitu menghindar dari
konflik.
(Avoidance berarti penghindaran)
Contoh:
- Menghindarkan diri
- Menjauhkan diri tidak mengimbangi atau melayani orang yang sedang marah
Contoh:
- Menghindarkan diri
- Menjauhkan diri tidak mengimbangi atau melayani orang yang sedang marah
2.
Force, yaitu menggunakan kekuatan
fisik, ancaman, teror, dan paksaan. (Force berarti
kekuatan, paksaan)
3.
Mengabaikan adanya konflik karena
menganggap konflik tersebut tidak penting.
4.
Blame, yaitu menyalahkan orang
lain karena sumber konflik tidak jelas. (Blame
berarti menyalahkan)
5. Silencers,
yaitu bersikap supaya orang lain diam dengan cara menangis, menggunakan kata sarkasme yang menyinggung
masalah pribadi.
(Silencers berarti peredam)
C.
Cara mengatasi
konflik yang lain:
1.
Win-win solution, yaitu setiap
pihak ingin menang.
2.
Win-lose solution, yaitu salah
satu ada yang mengalah.
3.
Lose-lose solution, yaitu kedua
pihak sama-sama mengalah.
D. Metode
pemecahan konflik dengan akomodasi:
1.
Coercion, dengan cara paksaan
2.
Arbitrase, pihak ketiga mengikat
3.
Mediasi, pihak ketiga netral
4.
Ajudikasi, lewat meja hijau atau
pengadilan
5.
Kompromi, saling mengurangi
tuntutan
6.
Toleransi, sabar membiarkan
pendirian pihak lain
7.
Konversi, salah satu pihak
bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
8.
Conciliasi, mempertemukan pihak
yang berkonflik/penyelesaian konflik melalui lembaga tertentu
9.
Segregasi, saling menghindar
10.
Stalemate, sama-sama punya
kekuatan seimbang
11.
Gencatan senjata, penangguhan
permusuhan untuk sementara waktu sampil diupayakan penyelesaian suatu konflik
12.
Displacement, mengalihkan objek
lain
13.
Eliminasi, pengunduran diri pihak
yang kalah
14.
Rasionalisasi, memberikan alas an
yang kelihatannya rasional untuk menghindari konflik
15.
Minority consent, pihak minoritas
merasa tidak dikalahkan tetapi bisa bekerja sama
16.
Keputusan mayoritas, keputusan
berdasarkan suara terbanyak (voting)
17.
Subjugations (dominasi), pihak
yang kuat mendominasi pihak yang kalah
18.
Détente, mengurangi ketegangan