Kadang lurus – kadang melengkung
And kadang putus !”
Prolog…
“ka’Ra ! maafin Rizta ya ! Rizta janji bakalan balik lagi ke
sini sebelum ulang tahun ka’Ra yang ke-17.”
“tapi Riz, kenapa kamu baru ngasih kabar ke aku sekarang?..
Sementara besok kamu sudah pergi ninggalin aku ke Paris !”
“ka’Ra, maaf ! please ngertiin aku ! selama ini aku
nyembunyiin hal itu, karena aku gak mau ka’Ra sedih”
“ya, mungkin kamu kira kalau kamu nyembunyiin semua ini, aku
gak sedih. Tapi apa sekarang? Kamu bener-bener udah bikin aku sedih. Kamu tuh
sudah aku anggap sebagai adik aku sendiri.” Kata ka’Ra meninggikan suara.
“tapi ka, ini sudah keputusan orang tua aku. Aku tahu pasti
ka’Ra sedih banget, tapi please, aku udah tidak bisa ngapa-ngapain lagi.” Kata
Rizta mnjelaskan.
Ka’Ra hanya
diam, dan sesekali meneteskan air matanya.
“ka’Ra ! maafin Rizta ya ! Rizta janji bakalan balik lagi ke
sini sebelum ulang tahun ka’Ra yang ke-17.” Kata Rizta mengulangi ucapannya,
Ka’Ra hanya
diam membisu.
“ka please aku gak mau ngeliat ka’Ra sedih melulu !” Rizta
berkata sambil menghapus air mata ka’Ra dengan tangan kanannya.
“Ta, sebelum kamu pergi, aku boleh meminta satu permohonan
tidak?” kata ka’Ra mulai berbicara
“ya. Jangankan satu permohonan, seribi Rizta sanggup kalau
iti bisa membuat ka’Ra tidak sedih lagi.” Kata Rizta mencoba ceria seperti
biasa.
“Kalau begitu….” Ucap ka’Ra menggantungkan kalimatnya.
“Ya terus?” Tanya Rizta penasaran.
“Aku boleh tidak mengantarmu ke bandara besok?” harap ka’Ra.
“Oh kalu iti pasti boleh !.” ucap Rizta sambil membulatkan
mulutnya sedikit demi sedikit.
Mimik muka ka’Ra langsung berubah
drastic menjadi ceria.
“Sudah, ka’Ra jangan sedih lagi ! Rizta tidak mau kalau
Rizta pergi ka’Ra malah sedih.”
“Ia ka’Ra janji, ka’Ra gak bakalan sedih lagi, tapi Rizta
janji ya, kalau Rizta sudah pindah kesana, Rizta rajin-rajin ngirimin kabar ke
ka’Ra !“ ucapnya penuh semangat.
“Ia Rizta janji.”
Lalu mereka
mengaitkan kelingking kanan mereka sambil berkata “janji bersama”.
***
“Ka, Rizta pergi dulu ya.” Ucapnya sambil berjalan
meninggalkan ka’Ra.
“Ta tunggu !” panggil ka’Ra sambil mengejar Rizta.
Sebelum
masuk ke ruangan tunggu penumpang, ia menghentikan langkah kakinya. Lalu
berbalik badane
“Ya, ada apa ka?” ucapnya sambil menahan tangis.
“Ini ada kenang-kenang buat kamu, simpan baik-baik ya !”
ucap ka’Ra sambil memberikan bungkusan mungil berbentuk kotak yang dibungkus
kertas kado bergaris-garis berwarna ungu, pink, dan putih.
“Thanks ya ka. J aku bakalan simpan baik-baik.” Katanya
sambil tersenyum
“Ka, Rizta dulun ya, kasihan mamah dan papah sudah pada
nungguin.”
Lalu dia berlari meninggalkan ka’Ra
sambil sesekali menengok ke belakang. Di dalam ruang tunggu penumpang, Rizta
teringat dengan kado yang diberikan oleh ka’Ra. Lalu ia menggambilnya dan
membukanya, ketika dia membukanya kado mungil tersebut berisi sepasang jepit
rambut mungil berbentuk bunga Kristal berwarna ungu muda. Ternyata ka’Ra tahu
bahwa dia suka sekali mengoleksi berbagai macam jepitan rambut. Ketika dia
ingin meletakan tempat semula, ia melihat sebuah foto di dalam kotak kecil
tersebut, di ambilnya foto tersebut lalu dia pandanginya. Di dalam foto
tersebut terdapat gambar dirinya bersama ka’Ra di taman ketika mereka masih duduk
di kelas 2 SD. Rizta melihat foto tersebut sambil sesekali tertawa melihatnya.
Di dalam foto tersebut terdapat gambar dirinya yang sedang tersenyum dan
rambutnya di kuncir dua, disebelahnya terdapat ka’Ra yang sedang merangkulnya.
Setelah selesai memandanginya, di letakkannya lagi kado tersebut ke dalam tas
nya.
10 menit kemudian, Rizta dan keluarga
bergegas untuk menaiki pesawat tujuan Jakarta – Prancis
…. Enam tahun kemudian ….
“Hei Ra, ke kantin yuk !” ajak Refal.
“emmmm….” Piker Nura.
“sudah, ayuk ikut aja ! dari pada loe tambah bête disini“ tambah Rico.
“ayo ah !” ulang Refal sambil menarik tangan Nura keluar
dari bangkunya.
“Woy, stop nanang
dong ! gue bisa jalan sendiri” marah Nura.
“Ya sorry. Lagian sih, loe nya lama banget mikirnya. Nanti
keburu gue tua nungguin loe mikir,
mendingan gue tarik tangan loe aja.” Ngeles Refal.
“Lagi pula tanpa loe suruh, gue juga bakalan bangun dari ini
kursi. Terus jalan ke katin atau apakek
main basket dan lain-lain.. ya buat ngilangin stress gue. Eh yang ad aloe malah
nambahin fikiran yang ada di otak gue ini.” Tiban Nura kesal.
“Sudah.. Sudah..
jangan debat lagi, nanti keburu bel !” timpal Rico sambil melerai kedua nya.
“ya – ya. Eh Btw si
Dena mana?, kok dari tadi tidak kelihatan.” Tanya Nura penasaran.
“oh dia, tuh lagi di kelas sebelah. Tadi sih katanya duluan
saja, nanti dia menyusul.” Ujar rico menjawab pertanyaan Nura.
“oohH..” jawabnya sambil membulatkan mulutnya.
Lalu mereka
berjalan menelusuri koridor sekolah. Sesampainya di kanti setelah mereka
memesan makanan masing-masing.
“hei coy.” Sapa Dena dari lapangan.
Lalu dia
menghampiri ketiga temannya sambil berlari.
“ada apa Den? Kok kayaknya loe panic banget?” Tanya Refal
kepada temannya itu.
“bukannya gue panik, tetapi gue cuman mau memberi tahu. Tadi
gue ke kelas sebelah, eh terus ada anak baru gitu. Katanya sih anak itu
pindahan dari Paris.” Jelasnya.
“ya terus emangnya kenapa? Cuman anak baru doang, gue kira
kenapa-kenapa” jawab Rico acuh - tak acuh.
“ya tetapi masalahnya ini anak beda banget sama anak-anak
yang lain.”
“maksud loe apa?” Tanya Refal
“ya begitu, masa loe tidak mengerti sih.” Kata Dena lagi.
“emangnya maksud loe, itu anak cewek atau cowok?” ulang
Refal lagi.
“ye makannya kalau orang lagi ngomong jangan diputus dulu
omongannya !” jawab Dena kesal.
“ya maaf lagian si loe, bikin gue penasaran aja.” Ngeles
Refal
“yasudah gue maafin deh, ni ya.. itu anak pindahan dari
Paris, nama aslinya sih gue kurang tahu. Tetapi anak-anak suka manggil sia Tata.”
Jelas Dena lagi kepada ketiga temannya tersebut.
Mendengar
penjelasan Dena tersebut, Nura langsung melamun. Dia berharap semoga cewek
tersebut adalah Rizta teman semasa kecilnya dahulu. Dia tidak menyangka selama
lima tahun tidak ada kabarnya dari dia. Ternyata cewek itu dating lagi ke
Jakarta sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh belas.
Mungkin Rizta ingin cepat-cepat menepati
janjinya. Jadi sebelum ulang tahunnya yang ketujuh belas dia sudah dating ke
Jakarta dan sekarang dia juga sekolah disini, sekolah di tempat yang sama
sepertinya. Fikir Nura senang.
“woy ngapain loe masih diem disitu? Mau ikut tidak?” Tanya
Dena memecah lamunan Nura.
“he-eh. Emang mau pada kemana sih?” Tanya Nura lugu.
“yaelah, kemana aja mas? Dari tadi tidak mendengar apa yang
kita omongin?” Tanya Riko heran kepada temannyaitu.
“sorry gue lagi tidak connect” jawabnya sambil menggaruk
kepalanya yang tidak gatal.
“lagi si, kerjaan loe cuman ngelamun mulu.” Timpal Refal
menyalahkan Nura.
“sorry-sorry..”
“yasudah yuk kita lihat itu anak baru ! gue jadi makin
penarasan, secakep apa sih itu orang?” ajak Rico lagi.
“yasudah yuk ! cabut !”
ajak Dena lagi.
***
“eh Den yang mana sih itu anak?” Tanya Nura tidak sabaran.
“Wes, sabar Bro ! ini gue lagi nyari.” Kata Dena.
“iya nih mana itu anak?, jangan loe boongin kita lagi !” tambah
Rico.
“iya tenang aja, gue tidak bakalan boong koik.” jawab Dena
sambil mencari-cari anak baru tersebut.
Tidak lama
setelah waktu tersebut, istirahat pun habis, bel masuk pun berbunyi. “Tet…. Tet… Tet….”
“Tuh kan loe kelamaan sih. Udah masukkan.” Kata Refal
menyalahkan.
“Ya sorry Bro,
lagi pula inikan bukan salah gue sepenuhnya. Kalau emang kalian tidak bisa
melihat cewek itikan karena cewekny aja yang susah dicari.” Kata Dena bermaksud membela diri dan tidak
ingin di salahkan.
“sudah… mendingan balik ke kelas aja yuk ! dari pada nanti
terkena hukuman pak Tito !” lerai
Rico.
“iya tuh benar, nanti deh. Gue janji pulang sekolah gue
kasih tahu yang mana anaknya.” Janji Dena kepada ketiga temannya.
***
“Ayo den !, jadi
tidak nyari anak itu?” ajak ketiga cowok itu sambil mengepung meja Dena.
“ Wes.. sabar Bro
! pada ngebet banget dah loe pada?
Apalagi loe Ra, perasaan bukannya loe yang paling cuek sama anak cewek itu? Kok
tiba-tiba aja loe agresif gini sih?
Biasannya loe cumin bisa mingkem doang.” Ledek Dena.
“iya tuh, gue juga heran. Tumben-tumbenan ini anak bisa
se-care ini sama cewek, biasanyakan boro-boro kayanya sih cewek yang satu ini
lagi beda dari yang biasanya.” Timpal Rico meledeknya lagi.
Nura hanya
diaam sambil menundukan kepalanya (malu).
“sudah, ayo ! nanati itu cewek keburu pulang.” Ajak Nura
Akhirnya
mereka berempat memulai pencahariannya lagi, untuk mencari anak baru yang
sedang dibicarakan belakangan ini oleh teman-temannya yangt lain.
“Eh kayaknya itu anak yang lagi duduk di Kantin bareng Miya
nad the geng.” Ujar Dena member tahu.
“yang mana dah?” Tanya Refal penasaran.
“itu, itu, yang pake tas coklat selempang.” Kata Dena member
tahu lagi.
“yasudah, dari pada penasan. Mending kita samperin aja yuk
!” ajak Nura
“serisus loe? Bukannya loe paling tidak suka sama Miya and
the geng?” Tanya Rico heran terhadap sikap temannya tersebut. Yang disertai
tengokan ketiga temannya yang lain kea rah Nura.
“Loh kenapa emangnya?” emang aneh ya?” Tanya heran campur
lugu.
“ya gak apa-apa si, tapi loe gak ngerasa aneh gitu sama
sifat loe yang tiba-tiba berubah? Perasaan tadi pagi muka loe Bete, eh sekarang
loe malah jadi care sama yang namanya cewek?” Tanya Refal menambahkan.
“sudah ! sekarang gimana nih? Mau nyamperin mereka atau
pulang?” Tanya Dena memecahkan kekakuan.
“sudah nyamperin aja yuk ! nanggung, sudah cape-cape nyari,
ujung-ujungnya mundur. Cuman gara-gara ada Miya, Reyya sma Lita.” Tambah Rico
“yuk !” ucap ketiga cowok tersebut berbarengan.
~ Di Kantin
~
“Hey Miy… Rey… Lit… “ sapa Dena kepada ketiga cewek tersebut
Ketiganya
spontan menoleh kearah ketiga cowok
tersebut.
“Eh loe Den, bawa pasukan? Hey Ric… Fal.. and … “ Miya
menggantungkan kalimatnya disusul tengokan heran dari kedua temannya. “emmm..
Nura?” Tanya mereka bersamaan.
“Tumben loe kesini gabung sama kita-kita lagi?” Tanya Reyya
sama herannya dengan teman se-gengnya yang lain.
“Iya, gue juga heran. Ada angin apa yang bawa loe kesini?” timpal Lita lagi.
“ya,, memangnya tidak boleh?” katanya berbohong.
“oh ya, anak baru itu… gue baru liat?” samber Refal
“oh y ague lupa ngenalin ke kalian. Fal, Ko, Den, Ra, ini
kenalin Tata, dia baru pindahan dari Paris.” Kata Miya mengenalkan Tata
satu-persatu kepada temannya.
Satu-persatu
dari mereka berempat menyalami Tata. Ketika itu Nura menyadari bahwa Tata
bukanlah orang yang dia cari dan dia kira selama ini. Bayangan Rizta ketika
enam tahun yang lalu pun muncul lagi seketika. (Ta.. dimana si loe? Gue kangen
sama loe, sebulan lagi ulang tahun gue yang ketujuh belas. Tapi kok loe belum
dating-dateng?.)
“ekhem-ekhem…..”
Nura pun
teersadar dari lamunannya, ternyata dari tadi dia masih memegang tangan Tata.
“chaelah.. baru juga ketemu. Itu tangan udah gak mau lepas
ledek Refal
Spontan
Nura pun langsung melepas tangan Tata dan sambil berkata “sorry-sorry !”
“iya tidak apa-apa kok.” Jawab Tata
Lalau
mereka melanjutkan obrolan mereka.
***
~
Malamnya di Kamar Nura ~
Ia masih asyik dengan lamunannya. Belakangan ini dia sering
sekali tidur larut, karena melamunkan Rizta. Sama halnya dengan malan ini, tak
hentinya ia memikirkan Rizta sejk dari sekolah tadi. “Riz dimana sih loe
sekarang?, kok loe sudah tidak pernah kasih kabar ke gue lagi? Apa loe sudah
lupa sama gue?” Tanya nya pada dirinya sendiri. Hening sejenak, awalnya Nura
seneng banget satu tahun Rizta selalu ngabarin Nura.
Gimana kabarnya loe disana?
Temen-temen loe gimana?
Enak gak teman-temannyaa?
“Eh lewat setahun, loe ngilang udah tidak ada kabar.
Ternyata loe sama aja sama yang lain. Muna.. Muna.. Muna..” makinya. Ia
berbicara sendiri dalam kamarnya yang luas tersebut. Tanpa dia sadari, kedua
malamnya berlinang mengeluarkan air mmmata. Cepat-cepat ia hapus air matanya.
“Cengen banget sih gue. Cuman gara-gara cewek muna kayak
gitu gue nangis”katanya sambil tertawa sinis kepada dirinya sendiri.
***
“Tidak kerasa ya? Ulang tahun loe sebentar lagi. Kurang
lebih seminggu lagi.” Ucap Tata mengingatkan.
Memang
belakangan ini Nura sedang dekat banget sama cewek itu. Kemana-mana mereka
selalu berdua, sampai ada gosip yang tidak jelas dari kelas sebelah (kelasnya
tata) yang bilang mereka pacaran.
“iya tuh Bro.. ngomong-ngomong ulang tahun loe yang ketujuh
belas mau dirayain tidak?” sambung Dena.
“Ye.. loe gimana sih Den, kalau ketujuh belas nama bekennya sweet seventeen, lebih seru dirayain. Ya
mungkin.. bisa dibilang hari bersejarah dalam hidup loe” jelas Miya meralat
pernyataan Dena.
“iya deh, mendingan kita turutin aja apa yang dibilang NESOT kita.” Tambah Rico menimpal.
“what? NESOT?
Apaan tuh?” tanyanya bingung.
“Serius loe mau tau?
Mau tau banget apa mau tau ajah? Nanti nyesel” ledek Rico.
“iya, emangnya apa sih?” Tanya Lita yang ikutan bunging
“NESOT itu singkatan nenek sok tahu” jawab Refal member tahu.
“what? Loe bilang gue nenek? Kujar loe?” marah Miya sambil mengejar Rico.
Yang lain
hanya bisa tertawa geli melihat tingkah mereka.
“eh lihat deh ! kayaknya mereka cocok tuh !” usul Refal
mengeluarkan ide jahilnya.
“he-eh, boleh juga tuh !” timpal Reyya mengiyakan pernyataan
Refal, disertai dengan anggukan teman-temannya.
“yasudah, sekarang yang cewek urus Miya ! kalau kita urus si
Rico ! gimana?” tamabah Nura yang tidak
mau ketinggalan.
Akhhirnya
keenamnya mengiyakan usulan Refal dan Nura.
“hey.., hello.. lagi pada ngapain nih? Kayaknya seru banget
tuh.” Tanya Miya
Sehabis
puas menyiksa Rico. Spontas konferensi yang tidak jelas topiknya itu pun bubar.
“Loh-loh-loh kok pada bubar sih?” tanyanya semakin heran.
Yang
lainnya hanya bisa cengar-cengir..
“sudah ! kita balik ke topic semula !, ya jadi sekarang
gimana nih? Kira-kira loe mau dirayain gak?” Tanya Refal menutup kelakuan.
“ya kalau gue mah ayo-ayo aja. Gue terima apa usul loe
pada.” Jawab Nura
“yasudah gue ad aide nih. Gimana kalau ulang tahun loe
dirayain di café milik tante gue !” seru Lita.
“boleh tuh” yang lain mengekor.
“woy jangan iya-iya dulu, tuh Tanya yang mau ulang tahun !”
sambung Rico tiba-tiba.
Yang lain langsung menengok kearah Nura, meminta
persetujuan.
“yasudah. Harus berapa kali sih gue bilang ke loe pada? Gue
ikut apa kata kalian aja dah deh.” Ucapnya lagi.
Lalu yang
lain melanjutkan diskusi mereka yang sempat terhenti. Tetapi di lain pihak Nura
hanya terdiam. Sejujurnya kalau boleh dibilang, Nura tidak gitu peduli dengan
ulang tahunnya yang ketujuh belas ini. Dia fikir itu hanya mengingatkannya
kepada cewek itu, cewek yang pernah meninggalkannya dan berjanji akan datang
sebelum ulang tahunnya yang ketujuh belas ini. Ya.. boleh di bilang dia
membenci ulang tahunnya yang tujuh belas itu. Walau sebenarnya masih ada
harapan jika sewaktu-waktu Rizta akan dating sebelum ulang tahunnya itu. Tetapi
dia sudah terlanjur kecewa dengan janji yang pernah di buat Rizta sebelum dia
pergi ke Paris.
Ketika Nura
masih terlarut dengan lamunannya, ternyata Tata menyadari keanehan pada diri
Nura.
“Ra, loe tidak kenapa-napa kan?” Tanya Tata yang menyadari
keanehan pada Nura.
Mendengar namanya di panggil, Nura
langsung menoleh arah sumber suara. Dan berkata “oh loe.. tidak, tidak
kenapa-napa kok. Emang ada yang aneh ya dari gue?” tanyanya kepada Tata
“enggak sih.. tetapi gue liat, kayaknya loe kurang suka ya,
sama acara perayaan ulang tahun loe?” Tanya Tata seakan bisa membaca jalan
fikiran Nura.
“tidak, biasa ajah, gue suka kok. Gue suka usul mereeka yang
mau ngeramein acara ulang tahun gue.” Jawabnya enteng
“Bukan, bukan itu maksug gue. Gue tau dari tadi waktu yang
lain ngomongin acara ulang tahun loe, ekspresi muka loe langsung berubah gitu.
Nada suara loe juga kurang bersahabat. Emang nya ada apa sih? Loe lagi punya
masalah ya?” Tanya Tata perhatian
“tidak” jawab Nura singkat
Kalau boleh
diakui sih, memang si Tata yang paling perhatian sama dia dari pada
teman-temannya yang lain. Selagi Nura masih pusing dengan fikirannya tentang
Rizta di tambah keheranannya terhadap sifat Nura yang berubah belakangan ini.
Dari
belakangnya datang seorang yang ingin mengagetkan Nura dengan cara menyentuh
pundaknya. Sambil berkata “hey bro, kayaknya penyakit lama loe kumat lagi ya?”
yang ternyata itu adalah Dena, yang dari tadi memerhatikan Nura yang sedang
melamun dari jauh.
“eh elo de. Maksud loe tentang penyakit lama gue itu apaan
sih?” Tanya Nura penasaran.
“PLBK loe itu loh.” Ucap Dena menggantungkan kalimatnya.
Sontak anak-anak yang lain langsung serentak mengucapkan
“NGELAMUN….”. nura langsung mengeles “enak aja. Ngelamun itu bukan penyakit,
tetapi itu anugerah. Soalnya kita bisa bikin kejadian yang tidak mungkin
terjadi, hanya bisa terjadi di alam fikiran kita.”
“alah loe mah bisa nya ngeles doang. Lagi pula kalau
kebanyakan ngelamun nanti loe bisa kesurupan loh!” kata Refal so’ tau.
“yasudahlah. Sudah jangan berdebat lagi ! kan acara diskusi
kita sudah selesai nih, gimana kalau sekarang pada ke rumah gue ! di rumah gue
ada kue tuh. Tetapi tidak ada yang makan, pada mau tidak?” Tanya Tata sambil
menawarkan.
#bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar