Minggu, 02 September 2012

“Cinta seperti garis”

      “Cinta itu seperti garis….

Kadang lurus – kadang melengkung
And kadang putus !” 

Prolog…
“ka’Ra ! maafin Rizta ya ! Rizta janji bakalan balik lagi ke sini sebelum ulang tahun ka’Ra yang ke-17.”
“tapi Riz, kenapa kamu baru ngasih kabar ke aku sekarang?.. Sementara besok kamu sudah pergi ninggalin aku ke Paris !”
“ka’Ra, maaf ! please ngertiin aku ! selama ini aku nyembunyiin hal itu, karena aku gak mau ka’Ra sedih”
“ya, mungkin kamu kira kalau kamu nyembunyiin semua ini, aku gak sedih. Tapi apa sekarang? Kamu bener-bener udah bikin aku sedih. Kamu tuh sudah aku anggap sebagai adik aku sendiri.” Kata ka’Ra meninggikan suara.
“tapi ka, ini sudah keputusan orang tua aku. Aku tahu pasti ka’Ra sedih banget, tapi please, aku udah tidak bisa ngapa-ngapain lagi.” Kata Rizta mnjelaskan.
            Ka’Ra hanya diam, dan sesekali meneteskan air matanya.
“ka’Ra ! maafin Rizta ya ! Rizta janji bakalan balik lagi ke sini sebelum ulang tahun ka’Ra yang ke-17.” Kata Rizta mengulangi ucapannya,
            Ka’Ra hanya diam membisu.
“ka please aku gak mau ngeliat ka’Ra sedih melulu !” Rizta berkata sambil menghapus air mata ka’Ra dengan tangan kanannya.
“Ta, sebelum kamu pergi, aku boleh meminta satu permohonan tidak?” kata ka’Ra mulai berbicara
“ya. Jangankan satu permohonan, seribi Rizta sanggup kalau iti bisa membuat ka’Ra tidak sedih lagi.” Kata Rizta mencoba ceria seperti biasa.
“Kalau begitu….” Ucap ka’Ra menggantungkan kalimatnya.
“Ya terus?” Tanya Rizta penasaran.
“Aku boleh tidak mengantarmu ke bandara besok?” harap ka’Ra.
“Oh kalu iti pasti boleh !.” ucap Rizta sambil membulatkan mulutnya sedikit demi sedikit.
Mimik muka ka’Ra langsung berubah drastic menjadi ceria.
“Sudah, ka’Ra jangan sedih lagi ! Rizta tidak mau kalau Rizta pergi ka’Ra malah sedih.”
“Ia ka’Ra janji, ka’Ra gak bakalan sedih lagi, tapi Rizta janji ya, kalau Rizta sudah pindah kesana, Rizta rajin-rajin ngirimin kabar ke ka’Ra !“ ucapnya penuh semangat.
“Ia Rizta janji.”
            Lalu mereka mengaitkan kelingking kanan mereka sambil berkata “janji bersama”.
***
“Ka, Rizta pergi dulu ya.” Ucapnya sambil berjalan meninggalkan ka’Ra.
“Ta tunggu !” panggil ka’Ra sambil mengejar Rizta.
            Sebelum masuk ke ruangan tunggu penumpang, ia menghentikan langkah kakinya. Lalu berbalik badane
“Ya, ada apa ka?” ucapnya sambil menahan tangis.
“Ini ada kenang-kenang buat kamu, simpan baik-baik ya !” ucap ka’Ra sambil memberikan bungkusan mungil berbentuk kotak yang dibungkus kertas kado bergaris-garis berwarna ungu, pink, dan putih.
“Thanks ya ka. J aku bakalan simpan baik-baik.” Katanya sambil tersenyum
“Ka, Rizta dulun ya, kasihan mamah dan papah sudah pada nungguin.”
Lalu dia berlari meninggalkan ka’Ra sambil sesekali menengok ke belakang. Di dalam ruang tunggu penumpang, Rizta teringat dengan kado yang diberikan oleh ka’Ra. Lalu ia menggambilnya dan membukanya, ketika dia membukanya kado mungil tersebut berisi sepasang jepit rambut mungil berbentuk bunga Kristal berwarna ungu muda. Ternyata ka’Ra tahu bahwa dia suka sekali mengoleksi berbagai macam jepitan rambut. Ketika dia ingin meletakan tempat semula, ia melihat sebuah foto di dalam kotak kecil tersebut, di ambilnya foto tersebut lalu dia pandanginya. Di dalam foto tersebut terdapat gambar dirinya bersama ka’Ra di taman ketika mereka masih duduk di kelas 2 SD. Rizta melihat foto tersebut sambil sesekali tertawa melihatnya. Di dalam foto tersebut terdapat gambar dirinya yang sedang tersenyum dan rambutnya di kuncir dua, disebelahnya terdapat ka’Ra yang sedang merangkulnya. Setelah selesai memandanginya, di letakkannya lagi kado tersebut ke dalam tas nya.
10 menit kemudian, Rizta dan keluarga bergegas untuk menaiki pesawat tujuan Jakarta – Prancis
              Cinta SepertiGariez 



…. Enam tahun kemudian ….
“Hei Ra, ke kantin yuk !” ajak Refal.
“emmmm….” Piker Nura.
“sudah, ayuk ikut aja ! dari pada loe tambah bête disini“ tambah Rico.
“ayo ah !” ulang Refal sambil menarik tangan Nura keluar dari bangkunya.
“Woy, stop nanang dong ! gue bisa jalan sendiri” marah Nura.
“Ya sorry. Lagian sih, loe nya lama banget mikirnya. Nanti keburu gue tua nungguin loe mikir, mendingan gue tarik tangan loe aja.” Ngeles Refal.
“Lagi pula tanpa loe suruh, gue juga bakalan bangun dari ini kursi. Terus jalan ke katin atau apakek main basket dan lain-lain.. ya buat ngilangin stress gue. Eh yang ad aloe malah nambahin fikiran yang ada di otak gue ini.” Tiban Nura kesal.
 “Sudah.. Sudah.. jangan debat lagi, nanti keburu bel !” timpal Rico sambil melerai kedua nya.
“ya – ya. Eh Btw si Dena mana?, kok dari tadi tidak kelihatan.” Tanya Nura penasaran.
“oh dia, tuh lagi di kelas sebelah. Tadi sih katanya duluan saja, nanti dia menyusul.” Ujar rico menjawab pertanyaan Nura.
“oohH..” jawabnya sambil membulatkan mulutnya.
            Lalu mereka berjalan menelusuri koridor sekolah. Sesampainya di kanti setelah mereka memesan makanan masing-masing.
“hei coy.” Sapa Dena dari lapangan.
            Lalu dia menghampiri ketiga temannya sambil berlari.
“ada apa Den? Kok kayaknya loe panic banget?” Tanya Refal kepada temannya itu.
“bukannya gue panik, tetapi gue cuman mau memberi tahu. Tadi gue ke kelas sebelah, eh terus ada anak baru gitu. Katanya sih anak itu pindahan dari Paris.” Jelasnya.
“ya terus emangnya kenapa? Cuman anak baru doang, gue kira kenapa-kenapa” jawab Rico acuh - tak acuh.
“ya tetapi masalahnya ini anak beda banget sama anak-anak yang lain.”
“maksud loe apa?” Tanya Refal
“ya begitu, masa loe tidak mengerti sih.” Kata Dena lagi.
“emangnya maksud loe, itu anak cewek atau cowok?” ulang Refal lagi.
“ye makannya kalau orang lagi ngomong jangan diputus dulu omongannya !” jawab Dena kesal.
“ya maaf lagian si loe, bikin gue penasaran aja.” Ngeles Refal
“yasudah gue maafin deh, ni ya.. itu anak pindahan dari Paris, nama aslinya sih gue kurang tahu. Tetapi anak-anak suka manggil sia Tata.” Jelas Dena lagi kepada ketiga temannya tersebut.
            Mendengar penjelasan Dena tersebut, Nura langsung melamun. Dia berharap semoga cewek tersebut adalah Rizta teman semasa kecilnya dahulu. Dia tidak menyangka selama lima tahun tidak ada kabarnya dari dia. Ternyata cewek itu dating lagi ke Jakarta sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh belas.
            Mungkin Rizta ingin cepat-cepat menepati janjinya. Jadi sebelum ulang tahunnya yang ketujuh belas dia sudah dating ke Jakarta dan sekarang dia juga sekolah disini, sekolah di tempat yang sama sepertinya. Fikir Nura senang.
“woy ngapain loe masih diem disitu? Mau ikut tidak?” Tanya Dena memecah lamunan Nura.
“he-eh. Emang mau pada kemana sih?” Tanya Nura lugu.
“yaelah, kemana aja mas? Dari tadi tidak mendengar apa yang kita omongin?” Tanya Riko heran kepada temannyaitu.
“sorry gue lagi tidak connect” jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“lagi si, kerjaan loe cuman ngelamun mulu.” Timpal Refal menyalahkan Nura.
“sorry-sorry..”
“yasudah yuk kita lihat itu anak baru ! gue jadi makin penarasan, secakep apa sih itu orang?” ajak Rico lagi.
“yasudah yuk ! cabut !” ajak Dena lagi.
***
“eh Den yang mana sih itu anak?” Tanya Nura tidak sabaran.
Wes, sabar Bro ! ini gue lagi nyari.” Kata Dena.
“iya nih mana itu anak?, jangan loe boongin kita lagi !” tambah Rico.
“iya tenang aja, gue tidak bakalan boong koik.” jawab Dena sambil mencari-cari anak baru tersebut.
            Tidak lama setelah waktu tersebut, istirahat pun habis, bel masuk pun berbunyi. “Tet…. Tet… Tet….”
“Tuh kan loe kelamaan sih. Udah masukkan.” Kata Refal menyalahkan.
“Ya sorry Bro, lagi pula inikan bukan salah gue sepenuhnya. Kalau emang kalian tidak bisa melihat cewek itikan karena cewekny aja yang susah dicari.”  Kata Dena bermaksud membela diri dan tidak ingin di salahkan.
“sudah… mendingan balik ke kelas aja yuk ! dari pada nanti terkena hukuman pak Tito !” lerai Rico.
“iya tuh benar, nanti deh. Gue janji pulang sekolah gue kasih tahu yang mana anaknya.” Janji Dena kepada ketiga temannya.
***
 “Ayo den !, jadi tidak nyari anak itu?” ajak ketiga cowok itu sambil mengepung meja Dena.
“ Wes.. sabar Bro ! pada ngebet banget dah loe pada? Apalagi loe Ra, perasaan bukannya loe yang paling cuek sama anak cewek itu? Kok tiba-tiba aja loe agresif gini sih? Biasannya loe cumin bisa mingkem doang.” Ledek Dena.
“iya tuh, gue juga heran. Tumben-tumbenan ini anak bisa se-care ini sama cewek, biasanyakan boro-boro kayanya sih cewek yang satu ini lagi beda dari yang biasanya.” Timpal Rico meledeknya lagi.
            Nura hanya diaam sambil menundukan kepalanya (malu).
“sudah, ayo ! nanati itu cewek keburu pulang.” Ajak Nura
            Akhirnya mereka berempat memulai pencahariannya lagi, untuk mencari anak baru yang sedang dibicarakan belakangan ini oleh teman-temannya yangt lain.
“Eh kayaknya itu anak yang lagi duduk di Kantin bareng Miya nad the geng.” Ujar Dena member tahu.
“yang mana dah?” Tanya Refal penasaran.
“itu, itu, yang pake tas coklat selempang.” Kata Dena member tahu lagi.
“yasudah, dari pada penasan. Mending kita samperin aja yuk !” ajak Nura
“serisus loe? Bukannya loe paling tidak suka sama Miya and the geng?” Tanya Rico heran terhadap sikap temannya tersebut. Yang disertai tengokan ketiga temannya yang lain kea rah Nura.
“Loh kenapa emangnya?” emang aneh ya?” Tanya heran campur lugu.
“ya gak apa-apa si, tapi loe gak ngerasa aneh gitu sama sifat loe yang tiba-tiba berubah? Perasaan tadi pagi muka loe Bete, eh sekarang loe malah jadi care sama yang namanya cewek?” Tanya Refal menambahkan.
“sudah ! sekarang gimana nih? Mau nyamperin mereka atau pulang?” Tanya Dena memecahkan kekakuan.
“sudah nyamperin aja yuk ! nanggung, sudah cape-cape nyari, ujung-ujungnya mundur. Cuman gara-gara ada Miya, Reyya sma Lita.” Tambah Rico
“yuk !” ucap ketiga cowok tersebut berbarengan.
            ~ Di Kantin ~
“Hey Miy… Rey… Lit… “ sapa Dena kepada ketiga cewek tersebut
            Ketiganya spontan menoleh kearah ketiga cowok tersebut.
“Eh loe Den, bawa pasukan? Hey Ric… Fal.. and … “ Miya menggantungkan kalimatnya disusul tengokan heran dari kedua temannya. “emmm.. Nura?” Tanya mereka bersamaan.
“Tumben loe kesini gabung sama kita-kita lagi?” Tanya Reyya sama herannya dengan teman se-gengnya yang lain.
“Iya, gue juga heran. Ada angin apa yang bawa loe  kesini?” timpal Lita lagi.
“ya,, memangnya tidak boleh?” katanya berbohong.
“oh ya, anak baru itu… gue baru liat?” samber Refal
“oh y ague lupa ngenalin ke kalian. Fal, Ko, Den, Ra, ini kenalin Tata, dia baru pindahan dari Paris.” Kata Miya mengenalkan Tata satu-persatu kepada temannya.
            Satu-persatu dari mereka berempat menyalami Tata. Ketika itu Nura menyadari bahwa Tata bukanlah orang yang dia cari dan dia kira selama ini. Bayangan Rizta ketika enam tahun yang lalu pun muncul lagi seketika. (Ta.. dimana si loe? Gue kangen sama loe, sebulan lagi ulang tahun gue yang ketujuh belas. Tapi kok loe belum dating-dateng?.)  
“ekhem-ekhem…..”
            Nura pun teersadar dari lamunannya, ternyata dari tadi dia masih memegang tangan Tata.
“chaelah.. baru juga ketemu. Itu tangan udah gak mau lepas ledek Refal
            Spontan Nura pun langsung melepas tangan Tata dan sambil berkata “sorry-sorry !”
“iya tidak apa-apa kok.” Jawab Tata
            Lalau mereka melanjutkan obrolan mereka.
***
            ~ Malamnya  di Kamar Nura ~
Ia masih asyik dengan lamunannya. Belakangan ini dia sering sekali tidur larut, karena melamunkan Rizta. Sama halnya dengan malan ini, tak hentinya ia memikirkan Rizta sejk dari sekolah tadi. “Riz dimana sih loe sekarang?, kok loe sudah tidak pernah kasih kabar ke gue lagi? Apa loe sudah lupa sama gue?” Tanya nya pada dirinya sendiri. Hening sejenak, awalnya Nura seneng banget satu tahun Rizta selalu ngabarin Nura.
Gimana kabarnya loe disana?
Temen-temen loe gimana?
Enak gak teman-temannyaa?

“Eh lewat setahun, loe ngilang udah tidak ada kabar. Ternyata loe sama aja sama yang lain. Muna.. Muna.. Muna..” makinya. Ia berbicara sendiri dalam kamarnya yang luas tersebut. Tanpa dia sadari, kedua malamnya berlinang mengeluarkan air mmmata. Cepat-cepat ia hapus air matanya.
“Cengen banget sih gue. Cuman gara-gara cewek muna kayak gitu gue nangis”katanya sambil tertawa sinis kepada dirinya sendiri.
***
“Tidak kerasa ya? Ulang tahun loe sebentar lagi. Kurang lebih seminggu lagi.” Ucap Tata mengingatkan.
            Memang belakangan ini Nura sedang dekat banget sama cewek itu. Kemana-mana mereka selalu berdua, sampai ada gosip yang tidak jelas dari kelas sebelah (kelasnya tata) yang bilang mereka pacaran.
“iya tuh Bro.. ngomong-ngomong ulang tahun loe yang ketujuh belas mau dirayain tidak?”  sambung Dena.
“Ye.. loe gimana sih Den, kalau ketujuh belas nama bekennya sweet seventeen, lebih seru dirayain. Ya mungkin.. bisa dibilang hari bersejarah dalam hidup loe” jelas Miya meralat pernyataan Dena.
“iya deh, mendingan kita turutin aja apa yang dibilang NESOT kita.” Tambah Rico menimpal.
“what? NESOT? Apaan tuh?”  tanyanya bingung.
 “Serius loe mau tau? Mau tau banget apa mau tau ajah? Nanti nyesel” ledek Rico.
“iya, emangnya apa sih?” Tanya Lita yang ikutan bunging
NESOT itu singkatan nenek sok tahu  jawab Refal member tahu.
“what? Loe bilang gue nenek? Kujar loe?” marah Miya sambil mengejar Rico.
            Yang lain hanya bisa tertawa geli melihat tingkah mereka.
“eh lihat deh ! kayaknya mereka cocok tuh !” usul Refal mengeluarkan ide jahilnya.
“he-eh, boleh juga tuh !” timpal Reyya mengiyakan pernyataan Refal, disertai dengan anggukan teman-temannya.
“yasudah, sekarang yang cewek urus Miya ! kalau kita urus si Rico !  gimana?” tamabah Nura yang tidak mau ketinggalan.
            Akhhirnya keenamnya mengiyakan usulan Refal dan Nura.
“hey.., hello.. lagi pada ngapain nih? Kayaknya seru banget tuh.” Tanya Miya
            Sehabis puas menyiksa Rico. Spontas konferensi yang tidak jelas topiknya itu pun bubar.
“Loh-loh-loh kok pada bubar sih?” tanyanya semakin heran.
            Yang lainnya hanya bisa cengar-cengir..
“sudah ! kita balik ke topic semula !, ya jadi sekarang gimana nih? Kira-kira loe mau dirayain gak?” Tanya Refal menutup kelakuan.
“ya kalau gue mah ayo-ayo aja. Gue terima apa usul loe pada.” Jawab Nura
“yasudah gue ad aide nih. Gimana kalau ulang tahun loe dirayain di café milik tante gue !” seru Lita.
“boleh tuh” yang lain mengekor.
“woy jangan iya-iya dulu, tuh Tanya yang mau ulang tahun !” sambung Rico tiba-tiba.
Yang lain langsung menengok kearah Nura, meminta persetujuan.
“yasudah. Harus berapa kali sih gue bilang ke loe pada? Gue ikut apa kata kalian aja dah deh.” Ucapnya lagi.
            Lalu yang lain melanjutkan diskusi mereka yang sempat terhenti. Tetapi di lain pihak Nura hanya terdiam. Sejujurnya kalau boleh dibilang, Nura tidak gitu peduli dengan ulang tahunnya yang ketujuh belas ini. Dia fikir itu hanya mengingatkannya kepada cewek itu, cewek yang pernah meninggalkannya dan berjanji akan datang sebelum ulang tahunnya yang ketujuh belas ini. Ya.. boleh di bilang dia membenci ulang tahunnya yang tujuh belas itu. Walau sebenarnya masih ada harapan jika sewaktu-waktu Rizta akan dating sebelum ulang tahunnya itu. Tetapi dia sudah terlanjur kecewa dengan janji yang pernah di buat Rizta sebelum dia pergi ke Paris.
            Ketika Nura masih terlarut dengan lamunannya, ternyata Tata menyadari keanehan pada diri Nura.
“Ra, loe tidak kenapa-napa kan?” Tanya Tata yang menyadari keanehan pada Nura.
Mendengar namanya di panggil, Nura langsung menoleh arah sumber suara. Dan berkata “oh loe.. tidak, tidak kenapa-napa kok. Emang ada yang aneh ya dari gue?” tanyanya kepada Tata
“enggak sih.. tetapi gue liat, kayaknya loe kurang suka ya, sama acara perayaan ulang tahun loe?” Tanya Tata seakan bisa membaca jalan fikiran Nura.
“tidak, biasa ajah, gue suka kok. Gue suka usul mereeka yang mau ngeramein acara ulang tahun gue.” Jawabnya enteng
“Bukan, bukan itu maksug gue. Gue tau dari tadi waktu yang lain ngomongin acara ulang tahun loe, ekspresi muka loe langsung berubah gitu. Nada suara loe juga kurang bersahabat. Emang nya ada apa sih? Loe lagi punya masalah ya?” Tanya Tata perhatian
“tidak” jawab Nura singkat
            Kalau boleh diakui sih, memang si Tata yang paling perhatian sama dia dari pada teman-temannya yang lain. Selagi Nura masih pusing dengan fikirannya tentang Rizta di tambah keheranannya terhadap sifat Nura yang berubah belakangan ini.
            Dari belakangnya datang seorang yang ingin mengagetkan Nura dengan cara menyentuh pundaknya. Sambil berkata “hey bro, kayaknya penyakit lama loe kumat lagi ya?” yang ternyata itu adalah Dena, yang dari tadi memerhatikan Nura yang sedang melamun dari jauh.
“eh elo de. Maksud loe tentang penyakit lama gue itu apaan sih?” Tanya Nura penasaran.
“PLBK loe itu loh.” Ucap Dena menggantungkan kalimatnya.
Sontak anak-anak yang lain langsung serentak mengucapkan “NGELAMUN….”. nura langsung mengeles “enak aja. Ngelamun itu bukan penyakit, tetapi itu anugerah. Soalnya kita bisa bikin kejadian yang tidak mungkin terjadi, hanya bisa terjadi di alam fikiran kita.”
“alah loe mah bisa nya ngeles doang. Lagi pula kalau kebanyakan ngelamun nanti loe bisa kesurupan loh!” kata Refal so’ tau.
“yasudahlah. Sudah jangan berdebat lagi ! kan acara diskusi kita sudah selesai nih, gimana kalau sekarang pada ke rumah gue ! di rumah gue ada kue tuh. Tetapi tidak ada yang makan, pada mau tidak?” Tanya Tata sambil menawarkan.

#bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar