GEMERICIK AIR
Pagi hari ketika Bagas, Lia, Fia,
sinta, dan Dinda sedang berkumpul disuatu tempat, sambil nge-teh bareng
Bagas “berapa lama lagi sih kita
disini, pulang yuk, gue kangen nih sama mamah dan papah gue”
Lia “dasar anak mami”
Pagipun berganti
siang, siangpun berganti sore, dan sorepun berganti malam, waktu begitu cepat
berlalu. Tanpa terasa waktu terus berjalan. Bagas and the friends menyantap
makan malam yang sangat sedikit itu dan menyelinap tidur diantara kamar-kamar
didalam vila.
Fia ”aku tak punya selimut”
Dia menjadikan
satu karung sebagai bantal. Ketika fia teringat ranselnya yang dicampakkan di
rak dan merangkak untuk mengambilnya. Ransel oranye itu kini tidak ada isinya kecuali
iPod yang rusak, satu-satunya pengingatan akan kehidupan lamanya.
Diambil
ransel dari rak dan kembali kekamar kecilnya ketika merasakan sesuatu
menggeliat didalamnya. Fia pun menjatuhkannya karena terkejut, dan mendengar
tawa sinis pelan dari dalam ransel. Fiapun mulai gemeteran perlahan, setelah
isakannya terhenti dan napasnya lebih tenang, Fia menyadari bahwa ia tidak
sendirian. Benda itu terbuka, tergeletak seperti mulut yang mengaga. Fia
melihat kilauan iPod didalamnya. Debu menyirami Fia bercepak secepat kilat.
Ternyata terdapat makhluk, makhluk itu kecil, lebih kecil dari pada goblin,
dengan kulit hitam berminyak, kurus dan memiliki telinga yang cukup besar, dan
menyerupai monyet.
Makhluk itu
tersenyum, giginya menyinari sudut pentri dengan cahaya birunya. Bulu kuduk Fia
dan Dinda pun berdiri, bertanda Fia dan Dinda sedang ketakutan. Akhirnya Fia dan
Dindapun berlari menuju kamarnya Sinta…
Tok-tok-tok, sinta…
Apa sih, ganggu aja, ini kan sudah
malam
Gue takut, itu di kamar gue ada makhluk
aneh, keluar dari ransel gue lagi.
Makhluk apa?, ngigo lu, mimpi kali lo
Gue lagi gak mimpi, itu beneran tau, gue
nginep sini dulu ya
Yaudah deh
Keesokan
malamnya…
Menjelang malam
berakhir , setelah memergoki Sinta di bangku, dia menggeramkan sesuatu tentang
“manusia pemalas.” Menyambar sapu dari tangannya, lalu menggantinya dengan sapu
yang dia bawa. Begitu tangannya menggenggam gagang sapunya, sapu tersebut
melompat hidup dan menyapu keras dan cepat. Sintapun berusaha keras melepaskan
sapu yang menempel dijarinya tersebut dari tangannya. Tetapi sapu tersebut
tidak bisa terlepas dari tangan nya Sinta. Sintapun menyapu lantai sampai
kakinya sakit dan tangannya terbakar, hingga dia tidak bisa melihat karena
banyaknya keringat yang menutupi matanya. Hingga dia meminta bantuan dari
teman-temannya, tetapi apa boleh buat, teman-temannya puntidak bisa
membantunya. Waktu semakin berjalan, dan sudah menunjukan pukul 3 pagi, teman-teman
Sintapun larut dalam dinginnya malam, tetapi tidak seperti teman-temannya yang
lain, Sinta tidak bisa tertidur.
Keajaibanpun tiba,
ketika teman-temannya sedang asyik tidur, cahaya terang datang dari bawah meja.
Sintapun penasaran, dan melihatnya.Terdapat suatu makhluk yang selalu
memancarkan sinar dari tangannya, Sintapun meminta bantuan kep adanya untuk
melepaskan sapu dari tangannya, karena Sinta yakin dia bisa membantunya.
Setelah diberikan mantra, sapu dari tangan Sintapun bisa terlepas. Tidak ada
kata yang keluar dari mulut Sinta selain kata-kata terimakasih sebanyak-banyaknya.
***
Test, test, test… bunyi gemericik air
dari suatu kamar yang tidak berpenghuni lamanya. Cahaya terang tidak terdapat
didalamnya, seperti tidak ada kehidupan. Suara tersebut semakin lama semakin
kencang, hingga Dinda and friends mendengar suara tersebut di telinganya.
Disaat itu
Bagas sedang asyik dengan bukunya, dan pintu kamar Bagas tutup rapat karena
memang saat itu udaranya agak dingin. Tiba-tiba saja, sekitar jam setengah
sebelas Bagas mendengar suara perempuan bersenandung. Awalnya Bagas tidak mempunyai
prasangka sedikitpun, karena Bagas berpikir itu adalah suara temannya Bagas
yang sedang berkeliling-liling.
Suaranya benar-benar terdengar jelas di telinga Bagas, tapi tidak dengan lagu yang dia senandungkan. Dan bersamaan dengan suara itu terdengar pula suara langkah kaki, ia menuju kamar mandi yang kebetulan berada tepat di samping kamarnya. Suara senandung berhenti, berganti dengan suara gemericik air yang lagi-lagi terdengar sangat jelas. Tidak lama, akhirnya suasana kembali hening.
Keadaan itu sontak membuat Bagas berpikir, dan Bagas pun mencoba mengingat kembali kejadian yang baru saja Bagas alami. Bulu kuduk Bagas merinding ketika saya ingat saat suara gemericik air tadi berhenti, tidak ada tanda-tanda ada orang keluar dari kamar mandi. Dan kalaupun suara tadi itu adalah temannya Bagas yang sedang berkeliling-liling, setidaknya Bagas pasti mendengar suara pintu kamarnya dibuka. Tapi suasana saat itu benar-benar sunyi.
Karena penasaran, Bagas membuka pintu kamarnya. Bagas melihat keluar, ternyata tidak ada siapa-siapa. Rasa penasaran Bagas semakin memuncak, akhirnya Bagas memeriksa kamar mandi, dan melihat air di bak mandi yang masih beriak, pertanda baru saja ada yang memakai kamar mandi. Tapi siapa???
Pertanyaan itu mengelayuti pikiran Bagas. Bagas pun terdiam heran, Bagas tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja Bagas dengar. Bagas berusaha melupakan kejadian barusan tapi rasa penasaran Bagas tak juga hilang. Akhirnya kira-kira satu jam kemudian teman-teman Bagas dating ke kamarnya. Dan tanpa pikir panjang langsung Bagas bertanya ke dia,
"Li tadi sebelum ini sempet mondar-mandir tidak?"
"Ngga kok, aku baru kesini ini. Memangnya kenapa?"
"Ngga kok Li, ngga kenapa kenapa"
Bagas tentu saja tidak menceritakan kejadian tadi, karena memang Bagas tidak ingin membuatnya teman-temannya takut, walaupun dirinya sendiri ketakutan. Tapi sampai sekarang Bagas belum bisa memecahkan misteri ini. Apa kejadian tadi hanya halusinasi saja?, atau memang suara itu benar-benar ada?. Tapi, suara siapakah itu?
Suaranya benar-benar terdengar jelas di telinga Bagas, tapi tidak dengan lagu yang dia senandungkan. Dan bersamaan dengan suara itu terdengar pula suara langkah kaki, ia menuju kamar mandi yang kebetulan berada tepat di samping kamarnya. Suara senandung berhenti, berganti dengan suara gemericik air yang lagi-lagi terdengar sangat jelas. Tidak lama, akhirnya suasana kembali hening.
Keadaan itu sontak membuat Bagas berpikir, dan Bagas pun mencoba mengingat kembali kejadian yang baru saja Bagas alami. Bulu kuduk Bagas merinding ketika saya ingat saat suara gemericik air tadi berhenti, tidak ada tanda-tanda ada orang keluar dari kamar mandi. Dan kalaupun suara tadi itu adalah temannya Bagas yang sedang berkeliling-liling, setidaknya Bagas pasti mendengar suara pintu kamarnya dibuka. Tapi suasana saat itu benar-benar sunyi.
Karena penasaran, Bagas membuka pintu kamarnya. Bagas melihat keluar, ternyata tidak ada siapa-siapa. Rasa penasaran Bagas semakin memuncak, akhirnya Bagas memeriksa kamar mandi, dan melihat air di bak mandi yang masih beriak, pertanda baru saja ada yang memakai kamar mandi. Tapi siapa???
Pertanyaan itu mengelayuti pikiran Bagas. Bagas pun terdiam heran, Bagas tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja Bagas dengar. Bagas berusaha melupakan kejadian barusan tapi rasa penasaran Bagas tak juga hilang. Akhirnya kira-kira satu jam kemudian teman-teman Bagas dating ke kamarnya. Dan tanpa pikir panjang langsung Bagas bertanya ke dia,
"Li tadi sebelum ini sempet mondar-mandir tidak?"
"Ngga kok, aku baru kesini ini. Memangnya kenapa?"
"Ngga kok Li, ngga kenapa kenapa"
Bagas tentu saja tidak menceritakan kejadian tadi, karena memang Bagas tidak ingin membuatnya teman-temannya takut, walaupun dirinya sendiri ketakutan. Tapi sampai sekarang Bagas belum bisa memecahkan misteri ini. Apa kejadian tadi hanya halusinasi saja?, atau memang suara itu benar-benar ada?. Tapi, suara siapakah itu?
***
Lia “guys, denger gak?”
“denger apa?” Bagas
“ada suara tetesan air, tapi bingung
tetesan air kok suaranya kenceng banget ya?” Lia
“iya aku juga denger kok Li.” Kata Fia
Dinda “iya, aku juga. Tapi dimana ya?,
coba kita selidiki yuk.!”
Bagas “ayo.!”
“tumben berani, biasa nya takut.
Hahahahaha.” Kata Dinda dengan nada ngeledek
“ih apasi. giliran aku berani di
ledekin, tapi giliran aku takut di marahin.. kenepa si aku serba salah? L” kata Bagas
Sinta “ih udah-udah, jangan pada
ngeledekin Bagas dong.! Dia kasian diledekin terus.”
“ekhem-ekhem, belain nieeeee.. “ kata Fia, Lia dan Dinda
Sinta “enggak si, aku cuman ngebelain
yang lemah doang”
“udah-udah, jangan pada debat mulu.!!,
ayo, kita jadi nyelidikin tidak?” kata Bagas
Lia ”kita lanjutin besok aja yuk,
sekarang aku capek ni..!!”
Padahal
tanpa teman-teman yang lain ketahui, Bagas sudah merasakan kejadian aneh dari
kemarin, tentang suara gemericik air tersebut.
pagi harinya.. J
Bagas
“ohayo gozaimatsu *selamat pagi* ”
Sinta “ohayo J “
“guys, ayo jadi gak?” kata Bagas
Fia “kemana?”
“kamu lupa?” Bagas dengan nada tinggi
“ %-( (bingung) emang kemana?” Fia
Bagas “ nyelidikin ituloh yang kemirin
kita omongin.”
“oooooohhhhh” Fia baru menyadari
Lia “udah?, sekarang udah tau?”
“ya sudah ayu cepet berangkat.!” kata
bagas.
Setelah
beberapa lama berputar-putar mengelilingi villa, untuk mencari tahu asal
gemericik air tersebut. Tetapi mereka ber-lima belum berhasil mengetahui asal
gemericik air tersebut.
“guys capek nih..” kata Fia mengeluh
Kata Bagas “He-eh, tapi kasus ini
gimana?”
“udahan ya!” kata Sinta dengan nada
kasihan
“kenapa pada ngeluh mulu si pada? Ayo
dong semangat! Masa apa-apa loyo si?” kata Lia nyindir
Dinda “bener tuh, kalau kita tidak
menyelesaikan kasus ini sekarang kapan lagi?”
“eh perasaan kita selama disini
bukannya liburan masa jadi detektif mulu si? Apa-apa nyari jejak kasu, capek
tau” kata Bagas mengelu
Fia “eh kayaknya iya bener juga, kita
mah disini bukannya liburan untuk jalan-jalan menikmati indahnya alam pedesaan
sekitar sini, malah nyari yang gak jelas gini”
“lagian kalau kalian tidak mau ngapain
pilih di villa ini untuk menginap kita selama liburan ini?” kata Lia
menyalahkan
“syudah-syudah, jangan pada berantem
dan menyalahkan satu sama lain dong! Enjoin aja dong” Sinta melerai
Bagas “iya udaah y kawan jangan pada
berantem mulu! Walau kita kayak begini disini, lewatin aja hari-hari kita
disini dengan enjoy, happy, dan lapang dada”
“huh, iya deh. Guys maaf y tadi udah
marah-marah sama kalian semua” kata LIa menyesal
Sinta “nah begitu dong, udah ya kita
gak boleh marahan lagi, apapun harus kita lewati bersama, bersama dalam suka
dan duka untuk selamanya.”
Setelah
dua hari mereka telusuri dari mana suara gemericik air tersebut, akhirnya
mencapai titik terang. Merekapun sudah mengetahui asal suara gemericik air
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar